Senin, 11 Februari 2013

TO 1

0 komentar
hari ini hari pertama Try Out UN. kebetulan mapelnya b. indonesia sama biologi. emang sih 2 mapel ini terbilang "mudah" karena isinya cuma teori.

BUT THAT'S WHY!!!

itulah kenapa kepalaku jadi cerobong asap hari ini.

OAO

bagi kalian yang juga mau ujian, jangan pernah meremehkan bahasa indonesia. khususnya kalo soalnya sudah memuat kosa kata dewadewa :(

dan biologi. mapel ipa yang isinya teori doang. eh, ada sih menghitung pas bab penurunan sifat.

BUT THAT'S WHY!!!

itulah sebabnya aku hening saat mengerjakannya. ciuz(?).

OAO

entahlah.. sekarang aku ga terbiasa lagi menghapal sekian banyak teori biologi itu. dari taksonomi sampai bioteknologi. itu ga sedikit. dan mereka diterjemahkan dalam 40 soal itu asdfghjklpoiuytrew.

aku kadang lebih memilih mapel yang isinya cuma hitungan misalnya kimia atau fisika. padahal aku juga bego soal menghitung =="

 tapi sudahlah.

ini kan baru TO. aku ga perlu stres sekarang. ahahahaaa~ XD

ganbaranakyaaaa~

Sabtu, 09 Juni 2012

My Childhood :3

0 komentar
Ternyata lama banget ga nge-post. Ini blog udah hampir mati sejak aku masuk kelas 2 ya.
Kali ini bukan sesuatu yang harus dibaca sih. Tunggu, emang pernah ada post yang mesti baca? Hehehe.

Pas disuruh mama buat ke mushola, ngantar hape bapake. Ga sengaja lewat pagar samping mushola (biasanya lewat jalan sebaliknya sih). Waktu liat ke balik pagar, kan ada kebun nya.. rasanya nostalgia banget.

Dulu aku sering main ke sana sama tiga orang temenku. Manjat pagar itu dan metik buah mangga. Karena aku ga bakat manjat pohon (cuma bisa manjat pagar), dan para lelaki itu udah kayak monyet kesurupan, selalu aku sendirian yang ketinggalan di bawah. Tapi karena sendirian cewe, aku jadi dapat terus. Tinggal mengadahkan tangan, pasang muka melas, dan bilang "aku juga mau~". dan buah mangga pun jatuh dengan indah :D

Pernah sih sekali aku mencoba manjat, yah, sesuai prediksi.. jatuh. Ga sakit, untungnya. Lagian biar aku agak tsundere waktu kecil, aku sering banget pake rok. Apa kata dunia kalo para monyet itu masih di bawah saat aku manjat itu pohon?

Di sekitar pohon itu juga kita sering main petak umpet. Pernah sampe diteriakin tetangga karena berisik banget. Err.. sebenarnya tiap kali main selalu diteriakin sih XD

Kalo udah cape, pasti langsung lari ke rumahku. Minta minum -_-. Soalnya paling dekat sama mushola sih. Biasanya mama cuma geleng-geleng ngeliat aku udah dekil banget kayak monyet-monyet itu. Hehehe.

Pas istirahat, aku cuma jadi pendengar mereka. Asik aja mendengar cerita patriotisme (?) mereka itu.  Namanya juga anak-anak. Apalagi kan aku gapernah se-bebas mereka. jadi rasanya amazing banget XD

Kalo sudah jam 5, mereka pulang. "Sampai besok di sekolah ya. Besok kita main lagi!"

Dan sekarang...

semua berubah sejak negara api menyerang. *duagh

err.. maksudnya sekarang semua sudah berubah.

Pohon nya sudah di tebang. Mungkin karena terlalu besar. Teman-temanku sudah menjalani hidupnya masing-masing. Kalo ketemu cuma sekenanya aja. senyum, tegur.

Lain kali aku mau ngajakin mereka manjat pohon mangga lagi. Lalu saat pulang, aku ingin mendengarkan kisah mereka lagi.

Selasa, 13 Desember 2011

uchuujin desu!!

0 komentar
Aku suka meyebut diriku sebagai alien. Karena aku selalu beda dengan mereka. Dan mereka selalu menatapku dengan aneh. Seolah aku adalah makhluk asing yang tersesat ke Bumi karena tercecer dari roket menuju alam lain.


Seperti itu juga ga apa2 sih. Cuma aneh aja. Hahaha. Wajar kan yaa setiap orang itu beda. Cara makan aja beda, cara mandi juga, semuanya beda kan? Cita-cita juga beda.

Ngomong2 soal cita-cita... tadinya aku memang mau jadi dokter sih. Tapi mengingat aku ini payah, meganeko, dan lemot, takutnya pasien bukannya sembuh malah melakukan percobaan bunuh diri. Dokter pun dicoret. Lalu pengen jadi guru kimia atau apa kek yang berbau IPA. Tapi kok kesannya aku ga sadar diri yah? Guru pun dicoret. Kemudian arsitek, belum sempat aku berpikir, pilihan ini sudah dicoret duluan.

Hingga pada suatu hari yang cerah, aku mendapatkan ilham... masuk sastra Jepang aja. Kenapa engga?Aku suka kebudayaannya, anime, manga, musik, bahasa juga. Kayaknya juga ga ada yang perlu ditakutkan di sana. Kalo lulus, aku bisa jadi penerjemah, jadi guru bahasa jepang sampe kerja kantoran di Jepang. Aaah~ seishun~~

Terus belum lagi kalo berhasil ketemu sama abang Hongo Kanata, Sakurada Dori, sama Yanagishita Tomo. Terus bisa nonton H!P Live Concert. Terus bisa beli CD original mereka. Terus ini rencana hidup apa rencana rekreasi sih?!

demo uchuujin kara...

Mungkin meyakinkan kalangan atas yang agak sulit. Mereka kan maunya aku ini jadi jenius. Iya terlalu jenius sampe jadi nelangsa begini. Di keluargaku rata2 kerja di tenaga kesehatan dan pendidikan. Lalu aku jadi alien dari fakultas kebudayaan. Masa bodo ah~

watashi no mirai wa ..... suram desu -___-

0 komentar
Disinilah aku.

si anak kelas 2 SMA yang sedang meratapi nasipnya di tengah UAS yang penuh ancaman. Si bego yang masih bingung bagaimana cara agar bisa lulus hidup-hidup di jurusan IPA. Memang suram sih. Aku yang bego banget soal menghitung, bisa masuk IPA dengan modal impian mau jadi dokter. Padahal nyatanya minat itu udah hilang ga berbekas. Aaah~ seishun~ dasar anak muda.. ohohoho.

Oke. sekarang bukan waktunya untuk tertawa senista itu.

Kupikir setelah UAS, aku bisa bebas bernista2 di JK Festival nanti. Aku sudah bikin rencana mau cosplay Kagamine Rin versi Matryoshka, mau beli takoyaki yang banyak di stand Levitako, mau nonton band-band para senpai nanti dan banyak lagi. Ternyata... tugas remidi telah menunggu dengan setia, sabar dan penuh semangat. Dan nilai IPA-ku benar-benar terancam!

(Anu... bagi adik-adik yang belum memilih jurusannya tapi tidak sengaja membaca posting ini, aku harap kalian tidak terpengaruh.)

Sebenarnya jurusan IPA tidak menyeramkan. Yah, sejauh ini aku belum pernah digigit kodok saat praktek sih. Tapi dasar otak pas-pasan begini yaa, emang susah. Masuk IPS pun rasanya aku ga akan tertolong. Kalo bahasa mungkin aja sih.. ohohoho.

Baiklah.

Masalahnya sederhana saja.
UAS-ku kacau → Raporku nista → Aku jadi tumbal sumur tetangga mereka hidup bahagia selamanya.

Memikirkannya saja aku sudah mau nangis. Khususnya di bagian "
Aku jadi tumbal sumur tetangga". Ya Allah, selamatkan baim dari semua itu ya Allah baim masih mau menhirup udara pagi esok hari.

Terbayang sudah caci maki serta sumpah serapah dari kalangan atas (yeah, you know who I mean lah yaa). Hidup itu emang keras. Oke, bagi kalian yang belum pernah dididik secara militer, jangan lupa bersyukur yaa.

Kamis, 29 September 2011

Magnet (Rin Len) story line by momozuki

0 komentar

Ini awalnya mau aku bikin FF, tapi karena keterbatasan waktu... inti-inti nya aja deh. Disini ada Kaito juga loooh~~ mungkin alurnya kecepetan, tapi yah namanya juga cuma inti cerita, jadi wajar yaa (?)

Magnet (Kagamine Rin and Len version)


Rin dan Len Kagamine. Sepasang saudara kembar yang amat mirip. Mereka bagai sepasang cermin. Hidup bersama penuh kekayaan, saling mengisi dan berbagi. Bagi sepasang laki-laki dan perempuan, bukan hal aneh jika perasaan akhirnya itu tiba. Sekalipun mereka sedarah. Cinta tak memandang status seseorang.
Rin adalah kakak. Ia putri sulung kesayangan keluarga Kagamine. Pribadinya sangat ramah, ceria, ia juga punya otak yang cerdas. Namun bagi ayahnya, Rin adalah alat. Oleh karena itu di usia yang baru menginjak empat belas tahun, ia telah dijodohkan dengan seorang pemuda bernama Kaito Shion. Kaito adalah putra dari partner bisnis keluarga Kagamine, dan ayah Rin bermaksud menggunakan Rin untuk kepentingannya sendiri. Ayah Rin bahkan tak peduli bahwa Rin sama sekali tak mencintai Kaito.
Len adalah adik. Ia agak dingin tapi sebenarnya sangat baik hati, pandai memainkan berbagai alat musik, memiliki wajah yang sangat mirip dengan Rin, bahkan punya suaranya nyaris seindah kakaknya itu. Menjadi kembar bukan hal yang Len sesali, ataupun syukuri. Karena ia kembar dengan sang kakak, Rin, ia merasa seperti memiliki belahan jiwa yang nyata. Ia bisa selalu bersama, memandang wajah cantik itu tanpa rasa risih –karena mereka saudara. Namun karena kembar, Len tidak bisa meminta hubungan yang lebih dari saudara. Sekalipun perasaannya semakin kuat, tradisi pernikahan sedarah sangat ditentang masyarakat. Len harus memendam semuanya selama ia bisa.
Kedua Kagamine itu bukanlah orang yang mudah menyembunyikan sesuatu. Suatu hari, Kaito mengetahui bahwa Rin dan Len saling mencintai dari seorang mata-mata. Pria itu sangat marah karena ia begitu ingin memiliki Rin. Ia pun bergegas pergi menuju kediaman Kagamine untuk meminta penjelasan. Dalam perjalanannya, Kaito menemukan kedua saudara kembar itu sedang bermain di pinggir danau. Dengan geram ia meneriaki mereka. Menyumpah pada Len yang melindungi Rin dibalik punggungnya. Tiba-tiba saja Kaito menarik samurai yang menggantung dipinggangnya. Rin dan Len yang merasa tak mungkin melawan, akhirnya berlari memasuki hutan.
Rin dan Len terus berlari tanpa menoleh ke belakang –tentu mereka tahu bahwa Kaito masih mengejar mereka dengan penuh amarah. Hingga mereka sampai di sebuah padang rumput yang cukup luas di pinggir hutan. Rin yang tampak lelah segera berhenti. Ia bilang ia ingin istirahat, lagipula tampaknya Kaito telah tertinggal jauh. Len menurut. Ia tersenyum ke arah Rin dan menenangkan kakaknya itu. Ia mengatakan bahwa semua pasti akan baik-baik saja. Dan Rin pun percaya itu.
Tak berapa lama kemudian, Kaito muncul dengan pedang yang berlumur darah. Pakaian mewahnya pun penuh percikan merah. Tebakan Len, ia baru saja membunuh hewan yang berusaha menghalangi jalannya. Dengan wajah mengerikan Kaito mendekati dua saudara kembar itu. Len dengan sigap melindungi Rin lagi. Tangannya telah menggenggam pistol yang sedari tadi ia simpan. Len menodongkannya ke arah Kaito. Namun Kaito tak gentar sama sekali.
Kaito mengayunkan pedangnya. Nyaris saja mengenai leher Len kalau saja pemuda pirang itu tidak gesit dalam menghindar. Len menembakkan satu peluru dari pistolnya, tapi meleset. Adegan itu terus berulang, tak ada yang ingin mengalah. Dan saat Len lengah, Kaito cepat berlari sambil bersiap mengibaskan kembali samurainya.
Sesuatu yang tak diinginkan terjadi.
Rin melindungi Len. Ia merentangkan kedua tangannya dan menjadikan dirinya sendiri sebagai tameng agar orang yang ia cintai tidak terluka. Ia baru saja melakukan hal fatal. Sayatan penuh amarah dari Kaito sangat berpotensi untuk membuat nyawanya melayang kapan saja.
Rin tersungkur. Len segera memeluknya. Dan Kaito, wajahnya tak bisa dideskripsikan –ia syok. Tangan Rin menyentuh pipi Len, dan meminta agar adiknya tidak memangis karena ia tampak jelek saat menangis. Rin tersenyum dan memejamkan matanya. Len berusaha mengguncang bahu Rin, namun gadis itu tak bergeming.
Kaito berusaha mendekati Rin. Ia tak tahu bahwa yang menjadi korban adalah Rin. Ini di luar rencananya. Baru saja tangannya ingin menyentuh gadis pirang itu, Len menghalaunya. Len geram pada orang yang sudah membuat kakak kesayangannya pergi. Dengan segenap kekuatan yang tersisa, ia meraih pistolnya dan menebakkan peluru terakhir ke dada pemuda berambut biru itu. Kaito gugur dengan kata maaf sebagai salam perpisahannya.
 Dan tinggallah Len yang terus meratapi kepergian kakaknya. Ia bukan hanya kehilangan saudara kembar yang ia sayang, tapi juga kehilangan belahan jiwa yang paling penting di dunia ini.