Kamis, 29 September 2011

Magnet (Rin Len) story line by momozuki


Ini awalnya mau aku bikin FF, tapi karena keterbatasan waktu... inti-inti nya aja deh. Disini ada Kaito juga loooh~~ mungkin alurnya kecepetan, tapi yah namanya juga cuma inti cerita, jadi wajar yaa (?)

Magnet (Kagamine Rin and Len version)


Rin dan Len Kagamine. Sepasang saudara kembar yang amat mirip. Mereka bagai sepasang cermin. Hidup bersama penuh kekayaan, saling mengisi dan berbagi. Bagi sepasang laki-laki dan perempuan, bukan hal aneh jika perasaan akhirnya itu tiba. Sekalipun mereka sedarah. Cinta tak memandang status seseorang.
Rin adalah kakak. Ia putri sulung kesayangan keluarga Kagamine. Pribadinya sangat ramah, ceria, ia juga punya otak yang cerdas. Namun bagi ayahnya, Rin adalah alat. Oleh karena itu di usia yang baru menginjak empat belas tahun, ia telah dijodohkan dengan seorang pemuda bernama Kaito Shion. Kaito adalah putra dari partner bisnis keluarga Kagamine, dan ayah Rin bermaksud menggunakan Rin untuk kepentingannya sendiri. Ayah Rin bahkan tak peduli bahwa Rin sama sekali tak mencintai Kaito.
Len adalah adik. Ia agak dingin tapi sebenarnya sangat baik hati, pandai memainkan berbagai alat musik, memiliki wajah yang sangat mirip dengan Rin, bahkan punya suaranya nyaris seindah kakaknya itu. Menjadi kembar bukan hal yang Len sesali, ataupun syukuri. Karena ia kembar dengan sang kakak, Rin, ia merasa seperti memiliki belahan jiwa yang nyata. Ia bisa selalu bersama, memandang wajah cantik itu tanpa rasa risih –karena mereka saudara. Namun karena kembar, Len tidak bisa meminta hubungan yang lebih dari saudara. Sekalipun perasaannya semakin kuat, tradisi pernikahan sedarah sangat ditentang masyarakat. Len harus memendam semuanya selama ia bisa.
Kedua Kagamine itu bukanlah orang yang mudah menyembunyikan sesuatu. Suatu hari, Kaito mengetahui bahwa Rin dan Len saling mencintai dari seorang mata-mata. Pria itu sangat marah karena ia begitu ingin memiliki Rin. Ia pun bergegas pergi menuju kediaman Kagamine untuk meminta penjelasan. Dalam perjalanannya, Kaito menemukan kedua saudara kembar itu sedang bermain di pinggir danau. Dengan geram ia meneriaki mereka. Menyumpah pada Len yang melindungi Rin dibalik punggungnya. Tiba-tiba saja Kaito menarik samurai yang menggantung dipinggangnya. Rin dan Len yang merasa tak mungkin melawan, akhirnya berlari memasuki hutan.
Rin dan Len terus berlari tanpa menoleh ke belakang –tentu mereka tahu bahwa Kaito masih mengejar mereka dengan penuh amarah. Hingga mereka sampai di sebuah padang rumput yang cukup luas di pinggir hutan. Rin yang tampak lelah segera berhenti. Ia bilang ia ingin istirahat, lagipula tampaknya Kaito telah tertinggal jauh. Len menurut. Ia tersenyum ke arah Rin dan menenangkan kakaknya itu. Ia mengatakan bahwa semua pasti akan baik-baik saja. Dan Rin pun percaya itu.
Tak berapa lama kemudian, Kaito muncul dengan pedang yang berlumur darah. Pakaian mewahnya pun penuh percikan merah. Tebakan Len, ia baru saja membunuh hewan yang berusaha menghalangi jalannya. Dengan wajah mengerikan Kaito mendekati dua saudara kembar itu. Len dengan sigap melindungi Rin lagi. Tangannya telah menggenggam pistol yang sedari tadi ia simpan. Len menodongkannya ke arah Kaito. Namun Kaito tak gentar sama sekali.
Kaito mengayunkan pedangnya. Nyaris saja mengenai leher Len kalau saja pemuda pirang itu tidak gesit dalam menghindar. Len menembakkan satu peluru dari pistolnya, tapi meleset. Adegan itu terus berulang, tak ada yang ingin mengalah. Dan saat Len lengah, Kaito cepat berlari sambil bersiap mengibaskan kembali samurainya.
Sesuatu yang tak diinginkan terjadi.
Rin melindungi Len. Ia merentangkan kedua tangannya dan menjadikan dirinya sendiri sebagai tameng agar orang yang ia cintai tidak terluka. Ia baru saja melakukan hal fatal. Sayatan penuh amarah dari Kaito sangat berpotensi untuk membuat nyawanya melayang kapan saja.
Rin tersungkur. Len segera memeluknya. Dan Kaito, wajahnya tak bisa dideskripsikan –ia syok. Tangan Rin menyentuh pipi Len, dan meminta agar adiknya tidak memangis karena ia tampak jelek saat menangis. Rin tersenyum dan memejamkan matanya. Len berusaha mengguncang bahu Rin, namun gadis itu tak bergeming.
Kaito berusaha mendekati Rin. Ia tak tahu bahwa yang menjadi korban adalah Rin. Ini di luar rencananya. Baru saja tangannya ingin menyentuh gadis pirang itu, Len menghalaunya. Len geram pada orang yang sudah membuat kakak kesayangannya pergi. Dengan segenap kekuatan yang tersisa, ia meraih pistolnya dan menebakkan peluru terakhir ke dada pemuda berambut biru itu. Kaito gugur dengan kata maaf sebagai salam perpisahannya.
 Dan tinggallah Len yang terus meratapi kepergian kakaknya. Ia bukan hanya kehilangan saudara kembar yang ia sayang, tapi juga kehilangan belahan jiwa yang paling penting di dunia ini.

0 komentar:

Posting Komentar