Hujan lagi. Untuk kesekian kalinya aku mengutuk tiap tetes air yang menuruni jendela. Buram. Aku tidak bisa melihat sosokmu lagi di seberang sana. Tapi tidak bisa! Aku ingin melihatmu. Aku harus melihatmu.
Kutengok sosok itu dari balik pintu. Mataku menerobos derasnya hujan. Aku tersenyum tipis. Ya, hanya dengan melihatmu aku akan tersenyum. Sungguh aku bersyukur di saat yang sama, kau berada di sana. Bermain dengan titik hujan, tanpa takut diserang. Kau mengadahkan tangan untuk merasakan setiap sensasi dari hujan yang jatuh di telapak tanganmu. Kau tertawa. Itulah yang ingin kulihat hari ini.
Aku memang pengecut ya? Aku hanya berani menatapmu dari sini. Dengan jarak yang tidak dekat, aku berharap kau mau balas memandangku. Aku egois ya? Dan bodoh...
Aku memicingkan mataku tiap ada seseorang menyentuh bahumu. Saat itu kau hanya tertawa. Tawa itu membuatku jatuh dalam ambigu. Harus senang atau marah? Kukatakan saja, aku iri pada orang itu. Dia menyentuhmu dengan mudahnya. Tapi di sisi lain, tawa senangmu lagi-lagi melunturkan ssemuanya. Aku kembali menyabarkan hati.
Kau genggam air hujan yang menumpuk di telapak tanganmu dan melemparnya ke arah teman-temanmu. Kau memang kekanak-kanakan. Ya, terlihat seperti itu. Terlihat...apa selamanya aku cuma bisa melihatmu? Tidak adakah kesempatan untuk mengenalmu?
Huweeeeeeee
bakaaaaa !!!
Aku bangga dengan Ibu !
8 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar